Agung Setya Wahyudi lulusan terbaik Arsitektur S-1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), ITN Malang. (Foto: Mita/Humas ITN Malang)


Malang, ITN.AC.ID – Destinasi wisata baru mulai banyak bermunculan seiring tingginya minat masyarakat untuk berwisata. Peluang ini menarik Agung Setya Wahyudi lulusan terbaik Arsitektur S-1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang). Ia mendesain wisata waterpark dan hotel di Desa Batangan, Kabupaten Bangkalan sebagai karya terakhirnya.

Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu kabupaten tujuan transit utama dari Pulau Jawa melalui Selat Madura. Hal tersebut membuat Kabupaten Bangkalan sering kali dikunjungi untuk perdagangan maupun wisata, sehingga dibutuhkan sarana penunjang seperti hotel sebagai fasilitas akomodasi. Hotel dan waterpark menjadi sarana yang bisa saling menunjang. Salah satu potensi Kabupaten Bangkalan berada di Desa Batangan, dimana terdapat sebuah sumber air dari sumur bor yang belum dimanfaatkan.

“Sehingga dibutuhkan sebuah objek yang dapat memanfaatkan air dan menjadi daya tarik wisata, seperti waterpark. Agar dapat beradaptasi dengan kondisi iklim sekitar wisata waterpark dan hotel, maka saya menggunakan konsep arsitektur tropis, karena di Madura iklimnya panas,” ujar Agung.

Menurut peraih IPK 3,84 ini di Madura masih mengalami kekurangan akomodasi penginapan khususnya hotel bintang tiga. Wisata air di Kabupaten Bangkalan juga belum ada.

Baca juga : KKN Tematik ITN Malang Sukses Paparkan Pengembangan Wisata Dua Desa di Bangkalan

Konsep arsitektur tropis yang diangkat merupakan bentuk respon keadaan iklim dari tapak, yaitu iklim tropis dengan suhu yang panas. Sehingga Agung memaksimalkan penghawaan angin dengan bukaan dan mengurangi paparan sinar matahari dengan memberi secondary skin dan overstek, agar bangunan pada tapak dapat beradaptasi dengan iklim sekitar. Fasad bangunan juga terlihat elegan. Ini juga dapat menjadi icon dan daya tarik wisata bagi wilayah setempat.

Agung memanfaatkan luas lahan 3 hektar untuk membangun waterpark, dan hotel beserta fasilitas penunjangnya. Untuk waterpark selain kolam utama juga tersedia lima kolam pendukung yang terdiri dari kolam wahana anak, kolam arus, kolam gelembung, water slide spiral, dan kolam multiple slide (perosotan). Waterpark dilengkapi dengan lobby, restoran, musala, area wahana, toilet umum dan lain sebagainya. Sementara untuk hotel merupakan hotel kategori bintang 3, memiliki 4 lantai, 60 kamar standar, 13 kamar suite, dan satu kolam renang. Hotel dilengkapi dengan restoran, area fitnes, lounge, dan lain sebagainya.

Render hotel view tapak 1, di Desa Batangan, Kabupaten Bangkalan, karya Agung Setya Wahyudi.

“Karena waterpark juga terbuka untuk umum, maka hotel dan waterpark memiliki jalur khusus (connecting). Waterpark juga memiliki jalur khusus untuk wisatawan umum,” lanjut mantan Ketua Himpunan Arsitektur ITN Malang Periode 2021/2022 ini.

Pada bangunan mengaplikasikan penggunaan atap dengan sudut kemiringan, mengaplikasikan cros ventilasi, penataan masa secara zikzak, menggunakan vegetasi perindang dan pemecah angin (karena panas), menggunakan material yang tahan panas seperti pemilihan warna terang, kayu kering lokal, dan batu alam, dan lain-lain.

Dengan mengangkat waterpark dan hotel Agung harus berfikir dobel karena seperti membuat dua tema (judul) dalam skripsinya. Namun ia tetap mempertahankan idenya untuk memanfaatkan potensi Desa Batangan dengan waterpark, dan kurangnya akomodasi penginapan dengan mendesain hotel.

Sebenarnya mengeksplorasi Desa Batangan bukan kali pertama bagi Agung. Sebelumnya, di akhir Desember 2022 Agung beserta Tim Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN T) Arsitektur S-1 ITN Malang telah menyelesaikan KKN T di Desa Batangan. Mereka membantu desa dalam mendesain wahana kolam renang.

Baca juga : Progres Kerjasama, FTSP ITN Malang dan Desa Batangan Persatukan Persepsi dalam Membangun Desa 

“Ide skripsi saya berawal dari KKN Tematik. Namun dalam skripsi saya tambah hotel, dan tentunya waterpark desainnya lebih luas sesuai standar skripsi. Kalau real-nya di Desa Batangan kan menyesuaikan luasan tanahnya. Jadi banyak yang saya ubah,” tuntasnya. Agung dalam skripsinya di bimbing oleh Ir. Gaguk Sukowiyono, MT., dan Hamka, ST., MT. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)