Malang, ITN.AC.ID – Ar. Mifta Syahrudin, IAI, memberikan kunci sukses cara arsitek mendapatkan klien. Hal ini diberikan pada talkshow Nata Karya 3.0, 2024, Prodi Arsitektur S-1 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang). Nata Karya merupakan ajang pameran dan pekan penilaian karya mahasiswa Arsitektur ITN Malang.
Mengangkat tema “Development In Creativity For Future Generation” Nata Karya 3.0 diselenggarakan dua hari Selasa-Rabu (02-03/07/2024). Talkshow hari pertama bersama Ar. Mifta Syahrudin, IAI, Founder and Principal Architecture of Midun and Partners Architect, dan hari kedua menghadirkan Ar. Livie Sukma T. IAI, Founder and Principal of AAA Studio.
Ar. Mifta Syahrudin, IAI, Founder and Principal Architecture of Midun and Partners Architect merupakan alumnus Arsitektur S-1 ITN Malang angkatan 2004. Midun merupakan nama panggung yang ia gunakan untuk mengenalkan studionya yang juga bernama Midun and Partners Architect. Tahun 2015 Mifta memulai karir arsiteknya dengan mengikuti sayembara. Dari sinilah kemudian nama Midun and Partners Architect bertahap mulai dikenal.
“Saya ikut sayembara 2015. Dari awalnya belum punya klien akhirnya dari sayembara mempunyai klien dan bertahan hingga sekarang. Dan manfaatnya (ikut sayembara) setelah 10 tahun baru berasa,” katanya.
Mifta menjelaskan, dengan mengikuti berbagai sayembara arsitektur maka arsitek bisa mem-branding studio. Apalagi setelah mengikuti sayembara tingkat nasional mendapat juara maupun tidak arsitek sudah mendapatkan portofolio yang bisa dilihat secara nasional. Bahkan dengan kemudahan dan adanya media sosial, pamor studio akan mudah terangkat.
Menurut Mifta, manfaat mengikuti sayembara antara lain berkelanjutan mengenal karakter studio, branding lewat sosial media, kepekaan dalam konsep berarsitektur, kreatif dalam ide, management waktu antara proyek dan sayembara.
“Jalan pintas untuk mengenalkan studio adalah melalui sayembara. Memang hadiahnya tidak besar, tapi jangka panjangnya banyak klien yang akhirnya mengenal kita,” lanjutnya. Dengan ikut berbagai sayembara akhirnya Mifta kerap dihubungi oleh calon klien lewat medsos.
Penyuka vespa yang aktif mengikuti komunitas vespa ini awal karirnya setelah lulus kuliah dari ITN Malang bekerja di kontraktor selama dua tahun. Kemudian bergabung dengan studio arsitektur yang cocok dengan passion-nya. Sambil bekerja dan freelance Mifta kemudian memutuskan untuk membuka studio sendiri.
“Kalau baru lulus jangan berharap kerja enak dulu, gaji tinggi, tapi tidak paham kemampuan yang dimiliki. Lulusan baru minimal mau bekerja keras. Tidak harus di sektor yang sama. Carilah pengalaman dulu. Setelah cukup pengalaman baru mengembangkannya dengan membuat studio sendiri,” pesannya.
Baca juga:Â Nata Karya 3.0 Penilaian dan Pameran Karya Mahasiswa Arsitektur
Hal yang sama dikatakan Ar. Livie Sukma T. IAI, Founder and Principal of AAA Studio. Menurutnya, berbicara tentang studio tidak lepas dari branding personal. Maka mengikuti sayembara adalah langkah yang tepat untuk mengenalkan studio. Selain itu dengan sayembara juga melatih kreatifitas, mendapat penilaian dari ahlinya, melatih mental, melatih skill baru, untuk publikasi, menambah portofolio, menambah relasi, memperluas jangkauan arsitektur, dan melatih kerja sama tim.
“Menang atau kalah tidak masalah, yang pasti bisa menambah portofolio, menambah wawasan dan memperluas relasi. Portofolio ini penting, maka selagi masih menjadi mahasiswa arsitektur sedini mungkin juga perlu mempersiapkan portofolio disamping nilai akademik,” katanya yang memberi materi pada Nata Karya hari kedua Rabu (03/07/2024).
Menurutnya soft skill harus dilatih. Seperti komunikasi, cara bersosialisasi dengan tim. Karena seorang arsitek harus mampu mengkomunikasikan ide-idenya kepada klien. Melatih soft skill bisa dengan mengikuti organisasi, memperbanyak prestasi, jadi saat terjun di dunia kerja bisa menyampaikan ide baik secara visual dan verbal (lisan dan tulisan).
Dengan sering mengikuti sayembara arsitek juga dilatih kompetitif, engeksploitasi ide, mendapatkan banyak ilmu, dan pengalaman. Dimana ketika kalah mereka akan belajar ilmu baru dari yang menang.
“Ada sisi kompetitifnya. Dunia kerja saat ini kompetisinya sangat besar. Sayembaran juga bisa melatih kerja sama dalam tim,” kata alumnus arsitektur Universitas Brawijaya ini. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)